Untuk adik-adik misdinar sekalian. Kehadiran tulisan ini bukan untuk "menggurui" karena bentuk pelayanan yang selama ini kalian lakukan itu sudah sangat
baik dan sangat mulia. Saya sebagai umat biasa merasa sangat respek pada
adik-adik sekalian. Oleh karenanya kehadiran tulisan ini adalah sebagai "sharing" pengalaman dan sedikit pengetahuan dengan tujuan agar apa yang dilakukan
oleh adik-adik misdinar didasari pada pengetahuan dan pemahaman yang baik
sehingga bentuk pelayanan yang dilaksanakan menjadi lebih baik pula. Di lain
pihak menghindari kesan "ikut-ikutan" saja dalam setiap bentuk tindak pelayanan mulia yang dilakukan.
Setelah selesai mengikuti perayaan misa Minggu Palma di gereja (2 April 2023),
bertemulah saya dengan salah seorang teman yang kebetulan di gereja ia adalah
seorang anggota asisten imam. Beliau sedang memberikan beberapa saran atau
masukkan kepada beberapa anggota misdinar di sana. Dan ketika melihat saya dan
kebetulan dia tahu bahwa, dulunya saya pernah mengenyam pendidikan di
seminari, maka dia mengkonfirmasi beberapa hal yang saya kira baik untuk
dibagikan pada adik-adik misdinar sekalian. Ada 1 pertanyaan yang saya
lontarkan pada beberapa anggota misdinar, yang kira-kira isinya "Apa makna pendupaan yang dilakukan terhadap Imam dan umat?"
Pada artikel ini saya tidak akan membahas makna pendupaan itu secara
komprehensif atau menyeluruh. Di sini saya hanya akan membahas atau menjawab
tentang pertanyaan saya pada paragraf di atas. Tetapi apabila anda hendak
menimba pengetahuan yang lebih baik dan lebih mendalam maka silahkan langsung
kunjungi situs Keuskupan Bandung pada link berikut
https://www.keuskupanbandung.org/blog/post/tiga-catatan-penting-pendupaan-dalam-perayaan-ekaristi
Okay, sekarang kita langsung menuju pada poin pembahasan kita yaitu
makna penting pendupaan, khususnya yang dilakukan terhadap imam dan
umat. Ada beberapa sesi atau momen dalam perayaan liturgi ekaristi yang
menggunakan pendupaan, misalnya ketika perarakan masuk imam mendupai altar dan
salib. Selanjutnya pada saat persembahan, imam mendupai bahan persembahan.
Pendupaan bisa juga dilakukan kepada imam yang memimpin perayaan Ekaristi dan
juga umat. Nah, apa makna penting pendupaan yang dilakukan tersebut?
Pendupaan hendaknya dipandang sebagai suatu bentuk doa. Dupa yang
dibakar pada pedupaan atau turibulum menghasilkan kepulan asap yang harum
mewangi dan terarah ke atas sebagai gambaran doa orang percaya yang
naik ke surga. Ke atas merupakan “tempat simbolis” tempat
tinggal Allah atau “doa-doa orang kudus” yang naik takhta (bdk. Why
8:1-4).
Makna dupa yang lain adalah tanda penghormatan. Sebagai tanda penghormatan,
imam dan diakon mencium altar; dan sesuai dengan tingkat perayaan, imam dapat
juga mendupai salib dan altar karena merupakan simbol Kristus.
Selain itu, dalam ritus persembahan, Imam dapat mendupai bahan persembahan
yang telah disiapkan di atas altar; kemudian imam juga mendupai salib dan
altar sendiri. Pendupaan itu melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik
ke hadirat Allah. Sesudah itu, imam dan umat pun dapat didupai oleh diakon
atau pelayan lain;
imam didupai karena pelayanan kudus yang ia sandang sedangkan umat
didupai karena martabat luhur yang mereka peroleh melalui
pembaptisan.
Akhir kata, semoga tulisan singkat ini bisa menambah wawasan kita khususnya
adik-adik misdinar sekalian. Tetap semangat dalam melayani. Tuhan memberkati
kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar mengenai artikel ini
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.